Wakil Walikota Manado, Dr (C) Harley Alfredo Benfica Mangindaan, SE, MSM, Jumat (26/7) menghadiri Prosesi Upacara Pemakaman Pitra Yadna, Briptu. I Wayan Pujiana, SH, Patwal dari Wawali di rumah duka di Desa Mopugad Kec. Dumoga Utara, Bolmong. Hadir bersama isteri Seyla Kudati dan seluruh staf Wawali, kunjungan dari Wawali ini menyita perhatian dari para penduduk Desa Mopugad. Hadir dengan menggunakan Pakaian Khas Bali, Wawali dan Ibu diarak secara adat memasuki rumah duka. Seluruh masyarakat Mopugad tumpah ruah di bangsal duka untuk melihat dati dekat Wawali yang hadir untuk kedua kali di Rumah Duka Mopugad..Dalam sambutannya Wawali menyampaikan turut berduka yang mendalam atas kepergian sosok Pujiana yang telah dianggapnya sebagai sahabat "Kehadiran saya kembali di acara pemakaman ini merupakan panggilan hati untuk melepas kepergian seorang sosok yang penurut dan bersahaja"ujar Wawali.
Ibu Seyla Kudati saat sambutan kembali
tampak tak kuasa dan selalu menyeka air matanya. Teman-teman almarhum juga tampak begitu berat melepaskan kepergian rekan sekerjanya. Bripka. Wayan Mardhana, rekan setia almarhum juga tak mampu membendung kepedihan hatinya. Matanya menatap kosong di peti jenazah rekannya tersebut. "Kenangan selalu berbagi shift dalam pekerjaan dengan almarhum, masih terngiang-ngiang dalam ingatan. Sulit mendapatkan mitra kerja seperti Pujiana"isak Mardhana. Dalam Upacara Pemakaman yang turut dihadiri oleh Wabup Bolmong, Yani Tuuk, STh tersebut, tampak ratusan masyarakat Mopugad dan sekitarnya menyesaki lokasi bangsal rumah duka. Usai Upacara secara militer dari Polres Bolmong yang dipimpin langsung oleh Wakapolres Bolmong, Kompol. Daru Tyas Wibawa, SH, SIK, arakan-arakan jenazah Wayan Pujiana telah bersiap-siap untuk melakukan ritual keagaman Hindu tersebut.
Kompol Daru Tyas Wibawa, SH, SIK.
Kompol Daru Tyas Wibawa, SH, SIK.
Setelah jenazah diletakan
di dalam“Bade/keranda” lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh
anggota keluarga dan masyarakat berbaris di depan “Bade/keranda”. Selama
dalam perjalanan menuju tempat upacara tersebut, bila terdapat
persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda akan diputar putar sebanyak
tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi
,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah
tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya.Arak arakan yang
menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci.Pada
sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih
yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk
dapat sampai ketempat asalnya.
Setelah sampai dilokasi kuburan, Jenazah Wayan Pujiana dimasukan dalam “Replica berbentuk
Lembu“ yang sudah disiapkan terlebih dahulu.Pandita atau seorang
dari kasta Brahmana membacakan mantra dan doa. Usai jenazah diturunkan ke liang pemakaman, Wawali dan Ibu menyerahkan karangan bunga serta secara simbolis menutup peti jenazah dengan tanah. Besoknya (27/7) sesajen yang dipakai selama prosesi pemakaman di larungkan/dihanyutkan ke laut. ***(allen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar